印華百家姓協會雅加達特區分會-期刊文獻-印尼僑聲雜誌-116期-
會員登錄
帳   號
密   碼
驗證碼
 
註冊
行事曆
Sun Mon Ten Wed Thu Fri Sat
領導獻詞
首頁期刊文獻
116期
KELUARGA BAHAGIA DAN SEDERHANA
作者: 陳莉莉

   

Tan Li Li nama saya, seorang keturunan China dan berasal dari negara Indonesia. Sejak kecil sampai beranjak dewasa, saya tidak pernah berfikir untuk tinggal di luar negeri, apalagi menikah dengan orang negeri lain. Akan tetapi karena terlalu sering melihat dan mendengar banyak teman-teman maupun wanita seusia yang menikah dengan orang luar negeri dan kelihatannya mereka hidup berbahagia, hati saya jadi tergerak juga untuk mencari pendamping hidup dari luar negeri. Akhirnya keinginan saya pun terwujud.

Melalui bantuan seorang teman yang telah menikah dan menetap di Taiwan, akhirnya saya berkenalan dengan suami saya, tepatnya tinggal di Taipei. Pertama kali kaki saya berpijak di negara Taiwan, adalah pada 27-05-2003. Perasaan bahagia dan sedih bercampur jadi satu, bahagia karena baru pertama kali naik pesawat dan melihat negara Taiwan, sedih karena jauh dari orang tua dan saudara, juga karena tidak bisa berbahasa mandarin. Meskipun saya adalah seorang keturunan China, akan tetapi lahir dan hidup di Indonesia, adat, budaya, bahasa dan kehidupan pun menggunakan tata cara orang Indonesia. Akan tetapi, meskipun saya tidak bisa berbahasa Mandarin sedikitpun, suami saya sangat berhati dan sangat mengasihi saya.

Waktu itu banyak sekali kejadian lucu yang terjadi pada kami sebagai pasangan suami istri baru, yang satu menggunakan bahasa mandarin dan yang satu menggunakan bahasa Indonesia serta tak jarang juga kami menggunakan bahasa tangan seperti orang bisu, contohnya: pada waktu suami sedang mandi dan lupa membawa baju, dia menyuruh saya mengambil baju, akan tetapi yang saya ambilkan bukan baju, melainkan handuk.

Selain itu, pada waktu saya memasak dan mencampur cabai dalam masakkan, suami saya bilang tidak mau pedas dan menyuruh saya membuang cabainya, tapi apa yang terjadi? Karena saya pikir suami tidak suka pedas, maka dia menyuruh saya membuang masakan itu, akhirnya masakan itupun saya buang ke tempat sampah, bukan cabainya saja yang saya buang, bahkan masakannya pun ikut terbuang.
Oh ya, pada waktu itu saya juga tidak berani sendirian keluar dari rumah, misalnya membeli sayur di pasar. Saya juga takut kalau sendirian keluar rumah, tiba-tiba ada orang yang menyapa atau bertanya pada saya dengan bahasa Mandarin dan ternyata saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, oh…alangkah malunya. Jadi dalam keadaan seperti itu, saya mulai berpikir tidak-tidak, sedih dan teringat kampung halaman sendiri.

Pada waktu itu saya berpikir, meskipun suami sayang pada saya, tapi di sini tak ada saudara dan teman, bicarapun tidak bisa dimengerti, dan satu hal lagi, sedangkan ingin makan cabai pun tidak ada yang menemani, lalu untuk apa saya tinggal di negara ini? Pada waktu itu saya sering menangis seorang diri. Demi mengalihkan perhatian supaya saya tidak terus menerus bersedih, suami saya sering mengajak saya berpergian.

Waktu terus berjalan, sampai pada saat saya melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu, perasaan sedih pun hilang berganti dengan perasaan bahagia, dari sinilah kehidupanku mulai berubah, mulai pergi ke pasar, merawat anak, belajar memasak makanan untuk bayi, memandikan bayi, menggantikan popok sampai membawa anak jalan-jalan ke taman, itu semua kulakukan sendiri. Perlu diketahui kedua mertua saya sudah meninggal jauh sebelum kami menikah, jadi mulai dari pekerjaan rumah sampai merawat anak semua kelakukan sendiri, ya…pasti suami juga membantu sedikit.

Anak saya sekarang sudah berumur 4 tahun, selain itu pula saya juga mulai sekolah, belajar menulis dan membaca, meskipun kadang-kadang ada perkataan yang tidak mengerti ataupun pengucapan saya yang tidak begitu tepat, tapi saya sudah tidak merasa takut atau malu lagi, saya juga sudah mulai banyak teman bahkan dari beragam negara, ada yang dari Vietnam,Taiwan,Thailand, Philipina dan juga Jepang.
Saya sangat bahagia sekali, apalagi bila bersama-sama dengan mereka pergi jalan-jalan ataupun mencoba masakan manca negara. Meskipun rumah tangga kami sangat pas-pasan ( pada saat ini kehidupan rumah tangga kami bergantung pada bantuan pemerintah), akan tetapi saya sangat berterima kasih pada Tuhan, karena telah memberi saya suami yang baik dan mau bertanggung jawab pada keluarga. Tak jarang juga kami, suami-istri, bercekcok atau bertengkar, tapi selama bertengkar suami saya tak pernah sekalipun memukul saya, hal ini sangat membahagiakan saya. Saya sungguh-sungguh bersyukur pada Tuhan atas apa yang telah Beliau berikan pada saya.

Taipei, bagi saya, sekarang bukanlah momok yang menakutkan, saat ini merasa sudah tidak asing lagi, baik naik bus, kereta api atau pergi jalan-jalan kemanapun tidak membuat saya takut, malah sangat menyenangkan. Oh ya, sampai saat ini saya belum pernah bekerja, sebenarnya saya ingin bekerja untuk menambahkan kebutuhan hidup, tapi bagaimana dengan anak saya? Kalaupun dititipkan pada orang untuk dijaga atau dirawat, saya tidak rela, karena saya tidak begitu percaya pada mereka, apalagi saya sering melihat di tv banyak anak luka-luka karena dipukul bahkan sampai meninggal, itu sangat menakutkan dan mengerikan. Oleh sebab itu saya berfikir untuk tidak bekerja dan tetap merawat sendiri anak saya, hingga ia bisa mandiri dan melakukan sendiri segalanya.

Walaupun setiap harinya kehidupan kami tidak menentu, tapi saya tidak peduli, bagi saya, yang terpenting ialah bisa melihat suami dan anak terawat dengan baik dan dapat berkumpul bersama-sama setiap harinya.

Saya juga berterima kasih pada suami saya yang sangat bertanggung jawab, dan melindungi keluarga. Terima kasih suamiku yang tercinta! Saya akan selalu tetap mendukung dan melakukan apa yang terbaik bagi keluarga ini.

 

訂閱電子報

網站名稱: 印華百家姓協會雅加達特區分會
會址: Jl. Krekot Bunder Raya No.47AB,Jakarta 10710,Indonesia電話:+62 21 350 1191-94
本平台所有訊息內容或服務,都是由該機構或相關單位所提供,著作權歸原提供者或權利人所有。
網站系統服務平台版權System Copyright ©自在交流股份有限公司
EzFree Interchange Co ., Ltd All Rights Reserved.Tel: +886-2-26648299  E-mail:ez.change@msa.hinet.net