2 tahun belakangan ini saya mempunyai kesempatan merayakan Tahun Baru Imlek di Jakarta. Berbeda dengan kepulangan biasanya, kali ini ada sesuatu yang dinantikan, seakan suatu keadaan yang sangat dirindukan. Lamanya tidak merayakan tahun baru bersama keluarga, sungguh suatu yang sangat didambakan.

Walaupun suasana lmlek di Jakarta tidak seramai di Taiwan, tetapi kali ini saya merasa banyak sekali perubahan yang terjadi, terlebih setelah Pemerintah mengakui dan meresmikan lmlek sebagai libur nasional﹒Semua pusat belaNja dan pertokoan, mulai dari Jakarta utara sampai Jakarta Selatan dihiasi dan menjual segala keperluan tahun baru lmlek. Lagu-lagu Imlek pun berkumandang memenuhi hangatnya suasana Imlek. Memasuki pertokoan belaja tak beda dengan suasana Imlek di Taiwan. Mulai dari pakaian bernuansa merah, pakaian tradisional Chinese untuk anak-anak dan dewasa, berbagai makanan dan manisan, bungaYin Liu, hiasan tempel, gantungan Imlek dan berbagai bentuk lampion serta Liong dan Singa yang gemulai dan lincah. Amplop merah pun banyak bentuknya yang unik. Yang pasti ialah tak kalah dengan barang yang ada di Taiwan. Bahkan ada beberapa yang lebih indah dari di Taiwan．

2 hari menjelang tahun baru lmlek, kami sekeluarga mulai sibuk menyiapkan segala keperluan, mulai menghias rumah sampai merencanakan hidangan lmlek. Ibu telah menyediakan segala aneka rupa hiasan, sungguh cantik dan indah. Kali inipun kami tak ragu lagi untuk menempel segala tulisan mandarin dan gambar-gambar.  

Setelah menghias selesai, rumah terlihat megah dan ramai, terasa sekali suasana Tahun Bam lmlek. Saya seakan berada di Taiwan. Walaupun dahulu kami juga menghiasi rumah menyambut Tahun baru ImIek, tetapi sekarang berbeda sekali, terasa lebih meriah dan lebih bebas, tak ada lagi rasa cemas. Acara telivisi dan radio setiap hari menyiarkan acara menyambut Imlek, bahkan berbagai iklan juga bernada tahun baru Imlek.

Para keponakan dengan penuh gembira melihat aneka kembang gula dan coklat berwarna warni. Menjelang makan malam tahun baru, satu persatu keponakan mulai mengelilingi meja makan. Aneka masakan sudah tersedia memenuhi meja..Dengan keluguan anak-anak, mereka takjub melihat aneka hidangan masakkan. Sungguh membuat suasana semakin semarak.

Selesai makan malam, ada yang sibuk berkaraoke, sibuk bercerita, dan ada yang sibuk mengisengi anak-anak, suasana rumah ramai, hangat dan bahagia. Saat inilah yang sangat saya dambakan dan rindukan. Suamipun tak ketinggalan sibuk membuat foto kenangan, sayangnya tak ada yang dapat menemaninya main mahjiong. Walaupun demikian, suami tetap menikmati suasana malam tahun baru yang hangat dan riang itu. Hingga pukul 2 pagi, kami satu persatu mulai terlihat letih, dan perlu istirahat.

Mata hari belum terbit Ibu telah menyiapkan santapan pagi tahun baru, sarapan pagi ini sangat khas sekali dan telah menjadi adat kebiasaan keluarga. Setelah memberi ucapan Tahun baru pada Ibu, barulah mulai bersarapan. Lalu sanak keluarga satu persatu berdatangan dan menyampaikan ucapan selamat tahaun baru, kalau saja saya belum menikah, pasti angpao sudah berkumpul banyak. Teringat masa lalu, biasanya setelah melewati tanggal 15 bulan 1 Imlek, seluruh isi angpao saya belikan barang yang saya idam-damkan.

Hari pertama Imlek, saya mengajak suami mengunjungi sanak kelurga untuk bertahun baru, dari keluarga ke keluarga lainnya, dan setiap rumah keluarga pasti sambil bersenda gurau juga menikmati hidangan, suasana semarak sekali. Dalam satu hari saja, kami telah mengunjungi 5 keluarga, dan dalam perjalanan pulang, suami mengeluh karena makan terlalu banyak berbagai hidangan. Ia merasa takjub sekali bertahun baru imlek di Jakarta, dan juga menikmati kehangatan dan kemeriahannya.
Saya juga merasakan tahun baru Imlek di Jakarta saat ini berbeda dengan dahulu. Semua orang tak lagi takut dan cemas untuk saling mengucapkan slogan-slogan tahun baru, terlebih anak-anak kecil, mengucapkan slogan dengan bahasa Mandarin yang sangat jelas bunyinya. Sungguh suasana yang berbeda membuat semakin semarak.