印華百家姓協會雅加達特區分會-期刊文獻-印尼僑聲雜誌-105期-
會員登錄
帳   號
密   碼
驗證碼
 
註冊
行事曆
Sun Mon Ten Wed Thu Fri Sat
領導獻詞
首頁期刊文獻
105期
Tradisi Masyarakat Tionghoa 華人社會的傳統文化
作者:andri

Zhun-Jie (春節) yang berarti Festival Musim Semi yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1 Almenak Imlek, Ceng Beng (清明) atau Hari Membersihkan Kuburan yang jatuh pada 5 April, Tuan Wu Jie (端午節) , Festival Perlombam Perahu Naga atau Festival Bacang yang jatuh pada tanggal 5 bulan 5 Imlek, dan Zhong-Chiu-Jie (中秋節) yang berarti Festival Pertengahan Musim Rontok atau yang lebih dikenal sebagai Festival Rembulan yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 almenak lmlek merupakan hari-hari besar Etnik Tionghoa. Tetapi yang paling ramai dimeriahkan adalah Festival Musim Semi yang merupakan Tahun Baru Imlek. Festival Musim Semi dalam penanggalan Imlek atau Lunar ini selain dirayakan oleh etnik Tionghoa, juga dirayakan oleh berbagai suku bangsa dan etnik di dunia dengan cara mereka masing-masing. Tentu, yang dominan(=berpengaruh kuat) adalah versi(=model) Tiongkok. Dalam masyarakat Tionghoa, Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari raya kultural(=kebudayaan) secara umum.

Di lndonesia, eksistensi(=keberadaan) Masyarakat Tionghoa semakin diakui setelah Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 6 2000 tentang pencabutan Inpres No. 14 Tahun l967. Pengakuan bahwa masyarakat Tionghoa adalah sebagian dari bangsa ini seperti menjadi paripurna(=lengkap) setelah presiden Megawati Soekarnoputri menetapkan Hari Raya Imlek dalam daftar tanggal mereh almanak Indonesia.

Pada hari-hari sekitar tahun baru Imlek di awal tahun 2006 ini, pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran semuanya ganti baju, menghiasi diri dengan nuasa(=variasi) merah. Perayaan tahun baru Imlek sama meriahnya dengan perayaan Leberan dan Natal. Kesenian barongsai dan tarian liong dapat tampil di depan public(=orang banyak), bahkan di sejumlah pusat perbelanjaan, barongsai yang dulu menjadi simbol(=lambang) represi (=penekanan)sekarang menjadi simbol kebebasan.

Salah satu aspek(=tanda) yang erat melekat pada perayaan Tahun Baru Imlek ini, selain ucapan selamat “Gongxi” adalah pemberian “Hongbao” alias amplop merah berisi uang sebagai simbol selamat. Di lingkungan keluarga hanya anak yang belum berkeluarga yang berhak memperoleh upeti(=uang yang diberikan kepada seseorang) merah itu.

Pada tradisinya(=adat kebiasaan), kemeriahan Tahun Baru Imlek bermulai dari upacara sembahyang kepada Dewa Dapur, upara untuk mengantarkan dewa perapian ini naik ke langit dari tanggal 23 bulan 12 Imlek sampai pada tanggal 30 bulan 12 Imlek. Dewa Perapian ini dianggap pengatur ruang dapur dan pelindung rumah tangga. Pada tanggal 23 bulan 12 Imlek yang juga disebut Tahun Baru Kecil, beliau membawa buku catatan hidup keluarga naik ke langit untuk melaporkan perbuatan baik atau jahat para anggota keluarga rumah tangga dalam periode satu tahun lalu kepada Maha Kaisar Yu-Huang. Baik tidaknya kehidupan keluarga disatu tahun mendatang tergantung pada mulut Dewa Dapur di hadapan Maha Kaisar Yu-Huang. Maka di atas meja sembahyang juga sering terdapat gula-gula, dengan maksud agar Dewa Dapur bermulut manis. Dewa Dapur akan kembali ke bumi pada tanggal 30 bulan 12 Imlek yaitu malam Tahun Baru Imlek. Selesai upcara penjemputan dewa Dapur di malam tahun baru, orang-orang baru siap menyambut musim semi.

Menjelang hari raya Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa umumnya menyibukkan diri untuk menyambut datangnya musim semi. Kesibukan mereka berupa-rupa dari membersihkan lingkungan sampai sibuk membuat bermacam-macam santapan dan masakan. Untuk memperingan pekerjaan, maka dibagi-bagi penugasannya agar tidak simpang-siur(=silang-menyilang tidak keruan). Tugas ini bukanlah suatu hal yang ringan karena mereka harus mempersiapkan 12 macam masakan untuk acara sembahyang kepada leluhur.

Menjelang hari raya tahun baru Imlek Masyarakat Tionghoa hampir dipastikan selalu membuat masakan Sansheng (三牲), Sansheng berarti tiga jenis binatang. Disebut masakah Sansheng karena masakan ini terdiri dari tiga jenis binatang yaitu seekor ikan, seekor ayam dan sepotong daging babi.

Maksud menyajikan(=menghidangkan; menyediakan) ketiga jenis binatang ini untuk mengingatkan manusia bahwa yang hidup di alam dunia ini bukan hanya manusia tetapi masih banyak mahluk hidup lainnya dan kita hidup di darat itu memerlukan udara dam air. Ketiga jenis binatang itu dianalogikan sebagai lambang kehidupan. Misalnya, ayam, hidup di darat dan di udara karena dia memiliki sayap, tetapi tidak dapat terbang. Kemudian ikan hidup di dalam air, dan babi hidup di darat. Masakan Sansheng ini untuk mengingatkan kita agar sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh ketiga jenis binatang itu. Misalnya babi, binatang ini sangat malas hanya makan dan tidur sehingga tidak ada gunanya, oleh sebab itu manusia harus rajin kerja tidak dibolehkan meniru sifat dari babi yang hanya tahu makan dan tidur. Sedangkan ayam, binatang ini selalu makan berpindah-pindahan, misalnya ketika ia makan yang di depan matanya belum habis ia sudah berpindah ke tempat lain. Manusia dilarang meniru sifat serakah seperti sifat yang dimiliki binatang ayam. Ikan, karena kulitnya bersisik, binatang ini justru diumpamakan binatang ular, dan pengertiannya dari ikan ini agar manusia tidak dibolehkan berlaku jahat kepada seorang lain, karena ular dianggap binatang yang sangat jahat.
Masakah Sansheng merupakan tradisi yang mempunyai makna bagi kehidupan manusia. Masakan Sansheng bagi penganut agama Tao merupakan bagian dari acara ritual namun bagi penganut agama lainnya merupakan tradisi agar perayaan tahun baru Imlek ini terlihat meriah.

Sembahyang Tahun Baru Imlek menggunakan masakan Sansheng lazimnya dilakukan antara 1 s/d 7 hari sebelum tahun baru. Masakan Sansheng ini bukan hanya pada perayaan hari raya tahun baru Imlek melainkan pada acara-acara lain misalnya pada acara sembahyang kematian yang ditujukan kepada leluhur.

Cara penyajian dari masakan Sansheng ini cukup sederhana. Pengolahan masakan ini cukup direbus saja tanpa harus memakai bumbu. Lalu ketiganya itu diletakkan di atas meja sembahyang. Bisanya ikan di sebelah kiri, ayam di tengah-tengah dan daging babi di sebelah kanan. Setelah dipersembahkan untuk sembahyang kemudian baru diolah kembali dengan memakai bumbu sesuai selera masing-masing orang. Masakan Sansheng ini sudah ada turun temurun dari nenek moyang, dan sudah merupakan tradisi bagi masyarakat Tionghoa. Walaupun dia bukan beragama Tao kalau dia mau boleh saja membuat masalah Sansheng ini.

訂閱電子報

網站名稱: 印華百家姓協會雅加達特區分會
會址: Jl. Krekot Bunder Raya No.47AB,Jakarta 10710,Indonesia電話:+62 21 350 1191-94
本平台所有訊息內容或服務,都是由該機構或相關單位所提供,著作權歸原提供者或權利人所有。
網站系統服務平台版權System Copyright ©自在交流股份有限公司
EzFree Interchange Co ., Ltd All Rights Reserved.Tel: +886-2-26648299  E-mail:ez.change@msa.hinet.net