印華百家姓協會雅加達特區分會-期刊文獻-印尼僑聲雜誌-106期-
會員登錄
帳   號
密   碼
驗證碼
 
註冊
行事曆
Sun Mon Ten Wed Thu Fri Sat
領導獻詞
首頁期刊文獻
106期
TANAH AIRKU SUDAH BERUBAH
作者:VICJEN

           Hari pertama menginjak tanah Jakarta, suasana di airport terasa pengap dan panas biarpun di dalam ruangan ber-AC, dan orang-orang di sekitar yang menggunakan bahasa yang akrab di telingaku yakni bahasa Indonesia, wah terasa ga kerasan banget, tapi kaki tidak berhenti melangkah. Berniat cepat-cepat keluar dari airport Soekarno Hatta. Dan kemudian sampai melangkah sampai ke tempat pengambilan bagasi, sambil mencari-cari bagasiku dimana, dan ditengah-tengah selang waktu, aku melirik ketempat keluarnya pintu pengecekan bagasi sambil berharap mudah-mudahan tidak ada petugas yang rese. Setelah mengambil bagasiku, aku menghampiri pintu keluar pengontrol bagasi, sebelah kiri ada jalur merah dan sebelah kanan jalur umum atau biasa. Setelah melihat jalur merah, ternyata itu adalah tempat orang-orang untuk pembayaran tax, kalau-kalau barang yang dibawa dari luar negeri melebihi batas yang ditentukan seperti wine (tidak boleh 1 liter keatas), kalau melebihinya maka akan dikenakan pajak tambahan, dll. Dalam hati berpikir, untuk waktu dipesawat aku tidak tulis aku bawa barang2 tersebut, yg aku tau, aku cek kolom "no" semua dalam kertas ditanyai bawa barang apa saja, yang diisi waktu di pesawat. Biarpun waktu melewati gerbang sempat deg-degan, kalo-kalo ketauan ama petugas, bisa dikuras ama petugas nihdokumen aku. Dengan hati-hati sekali aku melewati gerbang pengontrolan, ternyata tidak dicek bagasi yang lewat penitipan pesawat, yang di cek hanya barang ditenteng dengan tangan doang, alhasil aku bisa melewatinya dengan sukses. Setelah keluar dari airport dan bertemu Papa dan Handy, wah raut wajah Papaku kelihatan sudah bertambah tua, maklum 3 taon lebih kaga ketemu. Dan diiringi Papa dan dede, aku dorong bagasi aku diatas dorongan yg disediakan di airport, setelah hampir dekat mobil, kok disamping ada 2 cowok Indonesia ngikutin aku, aku malah pikir adek aku bawa temannya, kok kagak nyapa, trus adek aku juga ga ngomong apa-apa. Saat itu dibawah matahari terik dan tetesan keringat yang mengalir disekujur tubuh, semua diam, tidak ada yang berkomentar, dan 2 orang tadi berniat membantu mengangkat koporku kedalam mobil. Dan aku balas dengan pandangan yang agak keheranan tetapi koperku tidak kukasihkan ke "teman adikku itu". Setelah beberapa detik kemudian baru kusadari ternyata itu gelandangan-gelandangan yang berniat bantu membawa koper, dengan mengharapkan imbalan upah yang tidak banyak. Kalaupun ada niat jahat apa yang ada didalam pikiran “teman adikku" itu, kita tidak tau, kita hanya bisa waspada, tetapi dia tetap dengan gesit menyambut koperku yang ku sodorkan keadikku untuk dimasukkan ke mobil. Setelah bagasi dimasukan kedalam mobil, kita meninggalkan pintu kota Indonesia, dan yang pasti tidak lupa memberi tip kepada 2 teman sebangsa kita yang sudah nangkring samping mobil menunggu pemberian uang rokok kepada mereka.

Setelah memasuki ibu kota, matahari diluar bertambah terik, sambil melihat sekeliling, menikmati pemandangan ibu kota yang telah kutinggalkan 3 taon lamanya, terlihat perbedaannya, bangunan yang dulu masih lumayan baru karena baru dibangun, kini sudah bertambah tua, warnanya lebih kusam, dan biarpun bangunan-bangunan di kota Jakarta semakin banyak tetapi aku tidak merasakan semakin berkembangnya kota Jakarta. Dan sewaktu melewati lampu merah-lampu merah, tibalah saatnya penampilan dari pengamen-pengamen ibu kota dan pengemis- pengemis mulai menjalankan tugasnya, sambil berjalan menghampiri mobil demi mobil, untuk meminta belas kasihan dari pengemudi-pengemudi yang lewat. Aku tidak sempat menghitung ada berapa orang yang meminta untuk l lampu lalu lintas, tapi yang pasti tildak akan kurang dari 5. Bayangkan berapa banyak tanda lampu lalu lintas di kota Jakarta. Bisa kita bayangkan berapa banyak orang-orang yang keluar untuk mencari nafkah di lampu lalu llntas. Akhirnya lampu ijo demi lampu ijo kita lewati, dan sewaktu melewati putaran balik jalan raya, pasti ada l orang yg berdiri di situ untuk membantu pengemudi melancarkan pemutaran mobilnya, dan kita cukup memberikan 200 perak kepada sang penolong pemutarjalan.

Sungguh prihatin rasanya dihatiku, hatiku pikir betapa bedanya kota Jakarta pada 3 tahun lalu, pemandangan-pemandangan di kota Jakarta yang kuciptakan sendiri sewaktu berada di dalam pesawat, kini pupus sudah, sampai-sampai bandara Internasional "pintunya Indonesia"pun digambari bayangan-bayangan kumuhnya Ibukota. Memang Indonesia sudah berubah sejak peristiwa kerusuhan Mei 1998, kriris moneter yang berkepanjangan dan utang-utang negara yang tak terlunaskan.     Bayangan seperti apakah kota Jakarta setelah l0 tahun, 20 tahun ataupun 50 tahun kemudian? Siapakah yang akan menolong bangsa kita kalau pemerintah tetap tidak menindak ketidakadilan yang ada di Indonesia?

訂閱電子報

網站名稱: 印華百家姓協會雅加達特區分會
會址: Jl. Krekot Bunder Raya No.47AB,Jakarta 10710,Indonesia電話:+62 21 350 1191-94
本平台所有訊息內容或服務,都是由該機構或相關單位所提供,著作權歸原提供者或權利人所有。
網站系統服務平台版權System Copyright ©自在交流股份有限公司
EzFree Interchange Co ., Ltd All Rights Reserved.Tel: +886-2-26648299  E-mail:ez.change@msa.hinet.net